Minggu, 26 April 2020

Teknologi komunikasi Informasi


Teknologi komunikasi Informasi
Oleh Suwardi Lubis
Latar Belakang
Media pada hakikatnya telah benar-benar mempengaruhi cara berpikir, merasakan, dan bertingkah laku manusia. Selain itu, seperti yang kita ketahui bahwa saat ini kita telah berada pada era revolusi, yaitu revolusi masyarakat menjadi massa, oleh karena kehadiran media massa sangat dibutuhkan seakan menjadi bagian dari prioritas kehidupan manusia.
media massa adalah ekstensi atau perpanjangan dari inderawi manusia (extention of man). Media tidak hanya memperpanjang jangkauan kita terhadap suatu tempat, peristiwa, informasi, tapi juga menjadikan hidup kita lebih efisien. Lebih dari itu media juga membantu kita dalam menafsirkan tentang kehidupan kita.
Dalam perspektif McLuhan, media itu sendiri lebih penting daripada isi pesan yang disampaikan oleh media tersebut. Misalkan saja, mungkin isi tayangan di televisi memang penting atau menarik, akan tetapi sebenarnya kehadiran televisi di ruang keluarga tersebut menjadi jauh lebih penting lagi. Televisi, dengan kehadirannya saja sudah menjadi penting, bukan lagi tentang isi pesannnya. Kehadiran media massa telah lebih banyak mengubah kehidupan manusia, lebih dari apa isi pesan yang mereka sampaikan.
Disisi lain, Sains dan teknologi yang merupakan bentuk 'pembentangan kemungkinan dunia' (possible world) atau sebuah 'perluasan medan pengalaman' (field of experience) sejatinya juga sangatlah penting. Melalui sains dan teknologi 'dibentangkan' sebuah dunia yang belum pernah ada, belum terbayangkan atau belum terimajinasikan sebelumnya, dimana semua orang dapat mengakses segala hal yang tak terbayang sebelumnya kedalam sebuah gambaran yang lebih nyata. Akan tetapi, pembentangan sains dan teknologi adalah salah satu bentuk pembentangan yang penuh kesan ambiguitas. Di satu pihak, sains dan teknologi membentangkan semacam horizon pengharapan (horizon of expectation): pengembaraan yang tak bertepi, pengetahuan yang tanpa batas, serta pengalaman yang juga tanpa pembatas. Di pihak lain, ia menciptakan pula 'ketak terlukisan yang enigmatik', 'kecemasan yang tanpa akhir' (anxiety), 'rasa ketakamanan ontologis' (ontological insecurity), 'keterserapan dan kecanduan', serta 'ketakpastian identitas dan subyektivitas'.
Hadirnya beberapa hal yang mungkin ditimbulkan oleh sains dan teknologi ini sebagai impact dari pesatnya pengembangan teknologi ditengah peradaban manusia jelasnya akan menciptakan semacam pola dan bentuk peradaban manusia yang berbeda dan bermacam kajiannya.
  
Teori determinisme dan utopian teknologi teory dalam perkembangan teknologi komunikasi

2.1Teori Determinisme
Saat ini kita hidup di era yang unik dalam sejarah peradaban manusia, yaitu yang dikenal dengan istilah era media massa. Media pada hakikatnya telah benar-benar mempengaruhi cara berpikir, merasakan, dan bertingkah laku manusia itu sendiri. Selain itu, seperti yang kita ketahui bahwa saat ini kita telah berada pada era revolusi, yaitu revolusi masyarakat menjadi massa, oleh karena kehadiran media massa sangat dibutuhkan seakan menjadi bagian dari prioritas kehidupan manusia.
Teknologi komunikasi yang digunakan dalam media massa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia atau menurut Em Griffin (2003 : 344) disebut nothing remains untouched by communication technology. Dan dalam perspektif McLuhan, bukan isi yang penting dari suatu media, melainkan media itu sendiri yang lebih penting atau medium is the message.
Contoh yang dapat ditemui dalam realita yaitu perkembangan teknologi yang semakin maju membuat segalanya serba ingin cepat dan instan. Teknologi sebagai peralatan yang memudahkan kerja manusia membuat budaya ingin selalu dipermudah dan menghindari kerja keras maupun ketekunan. Teknologi juga membuat seseorang berpikir tentang dirinya sendiri. Jiwa sosialnya melemah sebab merasa bahwa tidak memerlukan bantuan orang lain jika menghendaki sesuatu, cukup dengan teknologi sebagai solusinya. Akibatnya, tak jarang kepada tetangga dekat kurang begitu akrab karena telah memiliki komunitas sendiri, meskipun jarak memisahkan, namun berkat teknologi tak terbatas ruang dan waktu.
Marshall McLuhan adalah pencetus dari teori determinisme teknologi ini pada tahun 1962 melalui tulisannya The Guttenberg Galaxy : The Making of Typographic Man. Dasar teorinya adalah perubahan pada cara berkomunikasi akan membentuk cara berpikir, berperilaku, dan bergerak ke abad teknologi selanjutnya di dalam kehidupan manusia.
Sebagai intinya adalah determinisme teori, yaitu penemuan atau perkembangan teknologi komunikasi merupakan faktor yang mengubah kebudayaan manusia. Seperti yang disampaikan dalam edisi kelima buku A First Look at Communication Theory by Griffin dan Emory A, McLuhan memetakan sejarah peradaban kehidupan manusia ke dalam empat periode:
1. The Tribal Age. Menurut McLuhan, pada era ini dikenal dengan nama era purba atau era suku zaman dahulu, manusia hanya mengandalkan indera pendengaran dalam berkomunikasi. Komunikasi pada era ini hanya mendasarkan diri pada narasi, cerita, dongeng tuturan, dan sejenisnya dimana telinga adalah “raja”, atau dalam istilah lama orang mengenal paham “hearing is believing”, dan kemampuan visual manusia belum banyak diandalkan dalam komunikasi. sehingga, Era primitif ini kemudian tergusur dengan ditemukannya alfabet atau huruf.
2. The Age of Literacy. Semenjak ditemukannya alfabet atau huruf, maka cara manusia berkomunikasi banyak berubah. Indera penglihatan kemudian menjadi dominan di era ini, mengalahkan indera pendengaran. Manusia berkomunikasi tidak lagi mengandalkan tuturan, tapi lebih kepada tulisan.
3. The Print Age. Era ini dimulai sejak ditemukannya mesin cetak yang menjadikan alfabet semakin menyebarluas ke penjuru dunia. Kekuatan kata-kata melalui mesin cetak tersebut semakin merajalela. Kehadiran mesin cetak, dan kemudian media cetak, menjadikan manusia lebih bebas lagi untuk berkomunikasi.

4. The Electronic Age. Era ini juga menandai ditemukannya berbagai macam alat atau teknologi komunikasi. Telegram, telpon, radio, film, televisi, VCR, fax, komputer, dan internet. Manusia kemudian menjadi hidup di dalam apa yang disebut sebagai “global village”. Media massa pada era ini mampu membawa manusia mampu untuk bersentuhan dengan manusia yang lainnya, kapan saja, di mana saja, dan seketika itu juga.
McLuhan juga menyebutkan bahwa media massa adalah ekstensi atau perpanjangan dari inderawi manusia (extention of man). Media tidak hanya memperpanjang jangkauan kita terhadap suatu tempat, peristiwa, informasi, tapi juga menjadikan hidup kita lebih efisien. Lebih dari itu media juga membantu kita dalam menafsirkan tentang kehidupan kita.
Dalam perspektif McLuhan, media itu sendiri lebih penting daripada isi pesan yang disampaikan oleh media tersebut. Misalkan saja, mungkin isi tayangan di televisi memang penting atau menarik, akan tetapi sebenarnya kehadiran televisi di ruang keluarga tersebut menjadi jauh lebih penting lagi. Televisi, dengan kehadirannya saja sudah menjadi penting, bukan lagi tentang isi pesannnya. Kehadiran media massa telah lebih banyak mengubah kehidupan manusia, lebih dari apa isi pesan yang mereka sampaikan.
Inti dari teori McLuhan ini jelas menjadi gambaran yang disebut determinisme teklologi. Yang berarti penemuan atau perkembangan teknologi komunikasi yang sebenarnya yang mengubah kebudayaan manusia. Determinisme menurut sumber wikipedia indonesia berasal dari bahasa Latin determinare yang artinya menentukan atau menetapkan batas atau membatasi. Secara umum, pemikiran ini berpendapat bahwa keadaan hidup dan perilaku manusia ditentukan oleh faktor-faktor fisik geografis, biologis, psikologis, sosiologis, ekonomis dan keagamaan yang ada termasuk didalamnya perubahan pada peradaban manusia. Determinisme juga berpegangan bahwa perilaku etis manusia ditentukan oleh lingkungan, adat istiadat, tradisi, norma dan nilai etis masyarakat. Istilah ini dimasukkan menjadi istilah filsafat oleh William Hamilton yang menerapkannya pada Thomas Hobbes. Penganut awal pemikiran determinisme ini adalah demokritos yang percaya bahwa sebab-akibat menjadi penjelasan bagi semua kejadian sesuai dengan landasan setiap perubahan yang terjadi didalamnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa menurut McLuhan eksistensi manusia ditentukan oleh perubahan mode komunikasi dimasing-masing tempat berlangsungnya peradaban mereka.
Namun tidak sebatas ini saja, ternyata hadirnya sekian banyak teknologi disekian peradaban yang dilalui manusia ternyata masih saja ditemui dilema yang kemudian muncul seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi komunikasi yaitu berupa keadaan dimana manusia semakin didominasi oleh teknologi komunikasi yang diciptakannya sendiri. Teknologi komunikasi bukannya dikontrol oleh manusia namun justru kebalikannya, kita yang dikontrol oleh mereka. Sebagai contoh, betapa gelisahnya kita kalau sampai terlewat satu episode sinetron kesayangan yang biasanya kita tonton tiap hari. Atau mungkin kalau kita sudah lebih dari seminggu tidak membuka halaman Friendster di internet. Satu hari saja tidak menonton televisi mungkin kita akan merasa betapa kita telah ketinggalan berapa banyak informasi hari itu. Ini menjadi fakta bahwa kehadiran media massa, dan segala kemajuan teknologi komunikasi lainnya yang seharusnya menjadikan kehidupan manusia lebih baik justru menjadi sebuah ironi dimana dominasi media massa dan teknologi komunikasi semakin pesat dan tidak begitu membaik.
Selanjutnya, Frederic Le Play (1806-1882) menggunakan perspektif determinisme ini untuk menganalisa faktor adat dan nilai-nilai budaya tradisional dalam proses pembentukan tertib sosial. Menurutnya Teori determinisme merupakan teori monocausal yang menganggap ada faktor tunggal yang menyebabkan sebuah perubahan. Ia memberikan pertanyaan mendasar, apa yang harus diperbuat agar orang kembali dapat memperoleh kehidupan dengan rasa aman, kembali berada dalam kehidupan yang dikendalikan oleh nilai-nilai etika, serta kembali bersatu dengan penuh pengertian? Ia menjawab bahwa faktor struktural, dalam hal ini keluarga dan pola-pola relasinya mempengaruhi apakah masyarakat akan bergerak menuju tertib sosial seperti yang diharapkan.
Keadaan keluarga menurut Le Play dipengaruhi oleh lingkungan dan pekerjaan, yang pada akhirnya mempengaruhi pola relasi sebuah keluarga. Pola relasi itu lalu mempengaruhi munculnya masalah dan fakta-fakta sosial. Le Play kemudian melihat masyarakat Asia Tengah menjumpai lingkungan padang rumput, yang kemudian melahirkan pola pekerjaan sebagai pengembara, dan membangun pola keluarga yang menempatkan ayah sebagai pemegang kuasa mutlak. Ledakan penduduk menyebabkan mereka kemudian terdislokasi, lalu mencari ladang baru. Dalam perburuan ladang baru, mereka menemukan lingkungan geografis yang berbeda di daratan tepi Samudera Atlantik. Mereka kemudian mengenal mata pencaharian sebagai nelayan. Mereka tidak lagi bertahan dengan dengan model keluarga besar, tetapi mengubahnya menjadi keluarga-keluarga kecil. Individualisme kemudian menjadi kepribadian mereka, dan muncullah persaingan yang kemudian melahirkan kesadaran pentingnya hubungan kontraktual.
Masyarakat dari Asia Tengah tersebut sebagian diantaranya menemukan daratan Afrika dan Amerika Tengah yang kemudian memaksa mereka menjadi pemburu karena lingkungan yang mereka temui adalah hutan belantara. Budaya dan hukum rimba kemudian menjadi penyebab struktur keluarga yang tidak stabil. Mereka yang kuat akan menjadi pemimpin dan mendiktekan apa yang harus dilakukan masyarakat.
Teori determinisme geografis Le Play, di samping menunjukkan determinisme faktor struktural juga diwarnai spirit etnosentrisme yang kuat. Ia beranggapan bahwa manusia barat memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan ras-ras lainnya. Keyakinan terhadap faktor lingkungan alam begitu kuat sehingga mengabaikan kemungkinan-kemungkinan manusia menjinakkan alam itu sendiri. Terkait dengan konteks ini, Veeger mengingatkan bahwa pandangan determinisme geografis hanya berguna sejauh kita diperingatkan olehnya bahwa manusia selalu dibatasi oleh situasi dan kondisi, akan tetapi di dalam ruang gerak yang terbatas ini manusia tetap bebas untuk dapat bertindak, berfikir dan mengikuti perkembangan teknologi sepanjang peradabannya sendiri sebagai manusia.

2.2.Teori Utopian Teknologi
Sains dan teknologi adalah sebuah bentuk 'pembentangan kemungkinan dunia' (possible world) atau sebuah 'perluasan medan pengalaman' (field of experience). Melalui sains dan teknologi 'dibentangkan' sebuah dunia yang belum pernah ada, belum terbayangkan atau belum terimajinasikan sebelumnya. Akan tetapi, pembentangan sains dan teknologi adalah pembentangan penuh ambiguitas. Di satu pihak, sains dan teknologi membentangkan semacam horizon pengharapan (horizon of expectation): pengembaraan tak bertepi, pengetahuan tanpa batas, pengalaman tanpa pembatas. Di pihak lain, ia menciptakan pula 'ketakterlukisan yang enigmatik', 'kecemasan yang tanpa akhir' (anxiety), 'rasa ketakamanan ontologis' (ontological insecurity), 'keterserapan dan kecanduan', serta 'ketakpastian identitas dan subyektivitas'.
Ada tiga kecenderungan utama pemikiran tentang sains dan teknologi dalam perannya membangun sebuah 'rumah' (oikos) atau 'tempat' (topos) bagi masyarakat manusia, yaitu: 1) utopianisme (utopianism) sebagai pandangan optimis tentang peran positif sains dan teknologi, 2) distopianisme (dystopianism), sebagai pandangan pesimis tentang sains dan teknologi, dan 3) 'hiper-topianisme' (hypertopianism), sebagai pandangan 'fatalis' tentang sains dan teknologi.
Utopianisme, sebagai sebuah kecenderungan pemikiran tentang sebuah 'masyarakat tanpa cela' (perfect society) di masa depan dan peran sentral sains dan teknologi dalam membangunnya. 'Utopia' dalam bahasa Yunani berarti 'tak-bertempat'. Thomas More menggunakan istilah 'utopia' untuk menggambarkan sebuah masyarakat imajiner yang berada di sebuah tempat yang jauh, sebagai model kehidupan masyarakat masa depan yang demokratis dan tanpa kelas, dengan orang-orang yang bijak. 'Utopia' menjadi sebuah istilah generik untuk melukiskan segala bentuk cerita atau narasi yang menceritakan sebuah komunitas di masa depan di mana segala sesuatu berlangsung indah, menyenangkan dan tanpa cela. Marshal McLuhan, misalnya, secara optimis melihat teknologi sebagai sebuah utopia 'perpanjangan manusia' di masa depan. Pandangan optimistik semacam ini diperlihatkan pula oleh berbagai pemikir, seperti Francis Bacon, New Atlantis (1624), Herman Kahn, The Next 200 Years (1976) sampai Howard Rheingold, Virtual Reality (1993).
Utopianisme teknologi (techno-utopianisme/technoutopianism) mengacu pada setiap ideologi yang didasarkan pada keyakinan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada akhirnya akan membawa utopia, atau setidaknya membantu untuk memenuhi satu atau lain yang ideal utopis. Oleh karena itu sebuah techno-utopia yang ideal adalah berupa hipotetis masyarakat, di mana undang-undang, pemerintah, dan kondisi sosial yang hanya beroperasi untuk kepentingan dan kesejahteraan semua warga negaranya.
Pada abad ke-21 akhir 20 dan awal, beberapa ideologi dan gerakan seperti cyberdelic tandingan, Ideologi California, transhumanism, dan Singularitarianism telah muncul mempromosikan bentuk techno-utopia sebagai tujuan terjangkau. disisi lain, Budaya kritikus Imre Szeman berpendapat utopianisme teknologi adalah rasional narasi sosial karena tidak ada bukti yang mendukungnya. Dia menyimpulkan bahwa apa yang menunjukkan adalah sejauh mana yang modern masyarakat menempatkan banyak iman dalam narasi kemajuan dan teknologi mengatasi hal, meskipun semua bukti yang sebaliknya.
Selanjutnya berdasarkan salah satu sumber yaitu Breslow, H. Pada tahun 1997 tentang Masyarakat sipil, ekonomi politik, dan Internet spesifikasi budaya Virtual sebagai Identitas & komunikasi dalam cybersociety menyatakan aspek yang paling menonjol dari posisi utopis adalah gagasan tersirat bahwa ada solusi teknologi untuk masalah sosial. Solusi ini sering digambarkan dalam hal efek teknologi pada komunitarian dan bentuk populis dari partisipasi demokratis. Argumen komunitarian menunjukkan bahwa Internet akan memfasilitasi keterlibatan masyarakat dengan meningkatkan kemudahan komunikasi antar warga dengan melampaui batas-batas geografis dan sosial. Argumen ini menunjukkan bahwa obligasi dihasilkan oleh interaksi ini pada gilirannya akan mendorong pembentukan ruang deliberatif baru dan bentuk-bentuk baru dari tindakan kolektif. Model populis, sebaliknya, menekankan peran teknologi dalam mengubah interaksi antara masyarakat dan pemerintah. Ward (1997) menunjukkan bahwa mekanisme perubahan biasanya digambarkan dalam bentuk on-line referendum dan inisiatif.
Dalam, Budge, 1996, Cox, 1999, Ward, 1997 Posisi utopis sebagian besar didasarkan pada gagasan bahwa media komunikasi sangat penting dalam menentukan efek (McLuhan, 1964). Pendekatan ini biasanya calo potensi demokratis komunikasi melalui komputer dengan referensi desain yang sebenarnya dari jaringan. Melalui jaringan yang menyediakan interaksi komunikatif, partisipasi demokratis dan rasa komunitas yang difasilitasi (Rheingold, 1993). Sederhananya, utopis mengandaikan bahwa dunia maya akan membuat lebih mudah bagi orang untuk berkomunikasi baik secara politik dan sebaliknya. Posisi utopis cenderung untuk menindaklanjuti dengan salah satu kepentingan utama Habermas (1992, 1989), dengan alasan bahwa tindakan komunikatif, yang muncul sebagai akibat dari interaksi ini, dapat membatasi subversi demokrasi deliberatif di tangan pasar-didorong imperatif.
Pandangan utupian terfokus pada sifat kehidupan yang optimistik, positivistik dan afirmatif terhadap perkembangan sains dan teknologi. Williams menjelaskan empat tipe fiksi utopian macam ini, yang melukiskan: a) surga, yang di dalamnya sebuah kehidupan lebih bahagia dilukiskan terjadi di sebuah dunia lain; b) dunia yang berubah secara eksternal, yang di dalamnya sebuah kehidupan baru dimungkinkan melalui perubahan terhadap alam; c) transformasi yang didambakan, yang di dalamnya sebuah kehidupan baru dicapai melalui upaya-upaya manusia; dan d) transformasi teknologis, yang di dalamnya sebuah kehidupan baru dimungkinkan melalui penemuan teknis. Semua ini dilakukan untuk menciptakan sebuah kecenderungan pemikiran tentang sebuah 'masyarakat tanpa cela' (perfect society) di masa depan dan    peran   sentra   sains    dan      teknologi         dalam  membangunnya.
            Teknologi adalah desain untuk tindakan instrumental yang mengurangi ketidakpastian dalam hubungan sebab-akibat yang terlibat dalam mencapai hasil yang diinginkan. Teknologi biasanya memiliki dua aspek yaitu aspek perangkat keras ( terdiri dari materi atau benda-benda fisik) dan aspek perangkat lunak ( terdiri dari basis informasi untuk perangkat keras ). Kedua aspek tersebut penting untuk penggunaan praktis komputer, tetapi karena perangkat keras lebih terlihat oleh pengamat kasual, maka kita akan berpikir teknologi utama adalah perangkat keras.
Teknologi komunikasi dalam masyarakat modern seperti Amerika Serikat.
Teknologi komunikasi adalah peralatan perangkat keras, organisasi, struktur dan nilai-nilai sosial yang digunakan individu untuk mengumpulkan, memproses dan bertukar informasi dengan individu lainnya. Selanjutnya, yang lebih penting adalah sifat dan bagaimana fungsi media baru bagi sebagian besar orang untuk bertukar informasi. Pada kenyataannya teknologi komunikasi baru tidak hanya ditandai dengan adanya teknologi tunggal baru seperti mikrokomputer dan satelit, tetapi menggabungkan elemen-elemen dari jenis komunikasi baru seperti menggunakan satelit untuk memberikan berbagai wid dari programming untuk sistem televisi kabel. Contoh teknologi komunikasi baru yaitu telekonferensi jaringan, elektronik sistem, papan buletin computer, dan televise kabel interaktif.
Perubahan pada komunikasi manusia sebagai hasil teknologi baru
Sistem komunikasi baru memiliki tingkat interaktivitas tertentu, seperti percakapan dua orang atau tatap muka. Interaktivitas adalah kemampuan sistem komunikasi baru untuk berbicara kembali kepada pengguna atau hampir seperti seorang individu yang berpartisipasi dalam percakapan.
Media baru juga demassified yaitu bahwa sebuah pesan khusus dapat ditukar dengan setiap individu dalam khalayak yang besar. Menyamakan individualisasi seperti media baru untuk komunikasi tatap muka interpersonal, kecuali bahwa mereka tidak bertatap muka.
Teknologi komunikasi baru juga sinkron, yang berarti mereka memiliki kemampuan untuk mengirim atau menerima pesan pada waktu yang tepat bagi seorang individu.
Jenis media baru
Mikrokomputer
Unit yang berdiri sendiri, biasanya dengan ketentuan untuk memuat perangkat lunak individual dan kadang-kadang dihubungkan dengan mikrokomputer lain dalam jaringan. Unit pusat pengolahan mikrokomputer yang membaca dan mengeksekusi instruksi program adalah berupa sebuah chip semikonduktor tunggal.
Telekonferensi
Pertemuan kelompok kecil yang dimiliki oleh komunikasi elektronik interaktif antara tiga orang atau lebih dalam dua atau lebih lokasi yang terpisah. Tiga jenis utama telekonferensing adalah video telekonferensi, telekonferensi audio, dan telekonferensi computer.
Teleteks
Layanan informasi interaktif yang memungkinkan individu untuk meminta frame informasi untuk melihat pada layar televise rumah.
Videotext
Layanan informasi interaktif yang memungkinkan individu untuk meminta frames informasi dari sebuah computer pusat untuk melihat pada layar tampilan video .
Komunikasi Satelit
Komunikasi satelit terdiri dari pesan telepon, siaran televisi dan pesan lain dari suatu tempat di permukaan lain. Satelit ini biasanya diletakan di stationer atau di sekitar khatulistiwa sekita 22.300 mil dari permukaan bumi. Pada dasarnya, transmisi satelit televise, telepon dan informasi lain menghilangkan pengaruh jarak pada biaya komunikasi.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_komunikasi_baru)
Dampak Positif  Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan
Informasi yang dibutuhkan untuk menjadi lebih cepat dan lebih mudah dalam mengakses tujuan pendidikan.
Inovasi dalam pembelajaran tumbuh di hadapan e-learning inovasi yang lebih memudahkan proses pendidikan.
Kemajuan TIK juga akan memungkinkan pengembangan teleconference kelas virtual atau kelas yang berbasis yang tidak memerlukan pendidik dan peserta didik berada dalam satu ruangan.
Sistem administrasi pada lembaga pendidikan akan lebih mudah dan lancar karena penerapan sistem TIK.
Munculnya media massa, khususnya media elektronik sebagai sumber pengetahuan dan pendidikan pusat. Munculnya metode pembelajaran yang baru, yang memungkinkan siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Dengan kemajuan teknologi menciptakan metode baru yang membuat siswa mampu memahami materi yang abstrak, karena materi dapat dibuat dengan bantuan teknologi abstrak.
Sistem pembelajaran tidak harus melalui tatap muka. Dengan kemajuan teknologi proses pembelajaran tidak harus mempertemukan siswa dan guru, tetapi juga dapat menggunakan layanan pos, internet dan lain-lain.
Mengurangi lagI dalam penggunaan TIK dalam pendidikan dibandingkan dengan negara-negara berkembang dan negara maju lainnya. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
ICT sebagai sistem pendukung keputusan dalam dunia pendidikan. Guru meningkatkan kompetensi mereka dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan profil lembaga pendidikan yang diakui oleh Pemerintah. Berbagi hasil penelitian, penelitian yang dipublikasikan dalam internet akan mudah digunakan oleh orang lain di seluruh penjuru dunia dengan cepat.
Konsultasi dengan ahli, konsultasi ahli di bidang undangan dapat dilakukan dengan mudah bahkan jika para ahli sangat banyak di tempat.
Perpustakaan online, perpustakaan online adalah perpustakaan dalam bentuk digital.
Diskusi online. Diskusi online adalah diskusi yang dilakukan melalui internet.
Kelas online. Aplikasi kelas online dapat digunakan untuk lembaga-lembaga pendidikan jarak jauh, seperti universitas dan sekolah-sekolah terbuka. “Computer Aided Instruction” telah melihat sedikit peningkatan kinerja siswa pada pilihan ganda, pengujian standar di beberapa daerah. Computer Aided (atau dibantu) Instruksi (CAI), yang umumnya mengacu pada siswa belajar mandiri atau tutorial pada PC, telah terbukti sedikit meningkatkan nilai tes siswa dalam membaca dan matematika keterampilan atau mata pelajaran lain, meskipun apakah peningkatan ini berkorelasi dengan peningkatan yang signifikan dalam belajar siswa.
TIK digunakan dalam mata pelajaran sekolah yang berbeda. Penggunaan ICT untuk simulasi dan pemodelan dalam sains dan matematika telah terbukti efektif, karena memiliki perangkat lunak pengolah kata dan komunikasi (e-mail) dalam pengembangan bahasa dan kemampuan komunikasi siswa.
Akses luar sekolah mempengaruhi kepercayaan pengguna. Siswa yang menggunakan komputer di rumah juga menggunakan komputer di sekolah lebih sering dan lebih percaya diri daripada siswa yang tidak memiliki akses di rumah mereka.
(http://www.dosenpendidikan.com/15-dampak-negatif-dan-positif-teknologi-informasi-dalam-bidang-pendidikan)
Tak dapat dipungkiri, pencapaian itu dapat terjadi karena besarnya dukungan masyarakat Indonesia khususnya para pengguna internet dan sosial media. Segala informasi mengenai Pulau Komodo dapat terinformasikan dengan cepat ke berbagai pelosok dunia. Fenomena yang terjadi di Indonesia kali itu merupakan salah satu contoh positif dari kemajuan teknologi khususnya di Indonesia.
Penjelasan Perkembangan Internet, Smartphone dan Sosial Media
Di era sekarang, teknologi sangat erat kaitannya dengan Internet. Perkembangan internet itu sangat mempengaruhi kehidupan sosial serta cara berkomunikasi seseorang., Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia terus mengalami peningkatan. Tahun 1998 hanya 500ribu orang yang menggunakan internet, namun dimulai pada tahun 2012 pengguna internet meroket menjadi 63juta orang. Angka itu bahkan diprediksi akan terus meninggkat menjadi 139juta orang pada tahun 2015.jkjbb
Perkembangan yang terjadi terhadap telepon genggam juga semakin mempermudah komunikasi melalui sosial media maupun internet. Hanya dari sebuah handphone kita bisa mendapatkan begitu banyak informasi secara singkat. Smartphone , itulah sebutan untuk handphone canggih yang dapat berfungsi hampir sama dengan sebuah computer jinjing atau laptop namun berukuran jauh lebih kecil. Bila dilihat dari sudut pandang ini, kemajuan teknologi memberikan kita kesempatan untuk hidup secara lebih mudah. Hal tersebut merupakan kemudahan untuk mendapatkan atau juga menyebarkan informasi yang diinginkan.
Perkembangan teknologi pada masa kini yang terus berkembang, sehingga membuat Internet serta banyak sosial media juga semakin berkembang. Walaupun belum ke seluruh bagian Indonesia, namun hal-hal berbau kemajuan teknologi tersebut telah tersebar ke hampir seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Kebanyakan orang yang mengakses internet atupun sosial media di Indonesia ini adalah mereka yang menggunakan handphone. Berdasarkan riset dari lembaga AC Nielsen juga tercatat 95% pengguna ponsel di Indonesia memanfaatkan alat tersebut untuk mengakses Internet. Kini terasa seperti tidak ada batasan dengan orang lain meski mereka berjarak ratusan ribu kilometer dari lokasi seseorang. Hal itu terjadi karena kemajuan di teknologi masa kini. Konsep McLuhan terbukti benar, kini khususnya di Indonesia, banyak sekali manusia yang bergantung pada teknologi dan sangat sulit untuk lepas dari hal-hal seputar teknologi. Bahkan bisa dibilang di era ini bila seseorang tidak menggunakan teknologi-teknologi tersebut, orang tersebut tidak dapat diterima dengan baik di lingkungannya (contoh: dalam pekerjaan, beberapa perusahaan memiliki syarat khusus mengenai kemampuan menggunakan berbagai teknologi). Kemajuan teknologi dalam berkomunikasi massa ini telah membawa banyak dampak serta perubahan dalam masyarakat.

Dampak Perkembangan Teknologi

Sisi positifnya adalah masyarakat yang menjadi pengguna aktif teknologi, situs-situs, serta media komunikasi sosial, mereka dapat menyampaikan informasi dan juga mendapatkan informasi secara lebih mudah. Komunikasi khususnya di Indonesia terasa seakan menjadi lebih mudah seiring perkembangan teknologi ini.Bila dilihat dari sisi negatifnya, kemajuan teknologi ini membuat orang menjadi malas untuk berkomunikasi secara langsung. Orang lebih memilih berinteraksi melalui handphonenya ketimbang berkomunikasi dengan orang disekitarnya. Contoh, seorang anak sibuk ber-chatting dengan teman melalui handphone miliknya ketimbang berbicara dengan saudaranya saat acara keluarga sedang berlangsung. Kadang kemajuan teknologi ini juga membuat seseorang menjadi kurang peka dengan ekspresi saat sedang berkomunikasi dengan lawan bicaranya.
Saat orang sudah terlalu sibuk dengan telepon atau PC miliknya, lalu mereka menghabiskan waktu yang cukup lama untuk berinteraksi di dunia maya, mereka tidak sadar bahwa saat itu mereka sedang membuang waktunya untuk berinteraksi dengan hidup sebenarnya yang berada disekitar mereka. Banyaknya pengguna sosial media dan pengakses internet ini, membuktikan bahwa masyarakat Indonesia lebih suka berinteraksi dan bergaul secara virtual dengan pengguna sosial media dan internet lainnya. Menurut survey yang dilakukan MarkPlus Insight (dailysocial.net) pada tanggal 13 November 2012 mengenai pengguna internet di Indonesia, ada tiga hal yang dapat mendukung pernyataan mengenai banyaknya orang yang berkomunikasi virtual. 40% dari pengguna Internet di Indonesia, yakni sekitar 24,2 juta penduduk mengakses Internet lebih dari 3 jam di setiap harinya. Selain itu, mayoritas pengguna Internet di Indonesia ini berusia 15 hingga 35 tahun. Serta kurang lebih 56,4% orang termasuk bargain hunter yakni masyarakat yang dapat mengakses Internet untuk mencari informasi serta segala hal untuk kebutuhan dirinya dalam waktu yang cukup lama. Secara khusus untuk Indonesia, kemajuan di bidang teknologi ini sangat berdampak terhadap berbagai aspek. Aspek tersebut diantaranya di sektor ekonomi dan juga sosial. Berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Menkominfo), salah satu dari jajaran Menteri Republik Indonesia tersebut menyatakan bahwa Indonesia sebagai salah satu negara yang masyarakatnya terbanyak mengakses Internet di dunia. Selain itu, ada juga sebuah lembaga riset menyebutkan bahwa Indonesia merupakan peringkat ke lima dalam daftar pengguna smartphone terbesar di seluruh dunia. Di dalam data tersebut juga disebutkan bahwa Indonesia menduduki posisi 5 besar dengan pengguna aktif internet yakni sebanyak 47 juta atau sekitar 14% dari seluruh total pengguna ponsel.
Salah satu ahli komunikasi massa yakni Harold D. Laswell dan Charles Wright pernah menyatakan fungsi sosial media massa. Fungsi sebenarnya antara lain yang pertama sebagai salah satu bentuk upaya penyebaran informasi dan interprestasi seobjektif mungkin mengenai peristiwa yang terjadi (Social Surveillance). Kedua, sebagai upaya penyebaran informasi yang dapat menghubungkan satu kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya (Social Correlation). Berikutnya sebagai upaya pewarisan nilai-nilai luhur dari satu generasi ke generasi selanjutnya (Socialization). Dan yang terakhir adalah sebagai penghibur khalayak ramai (Entertainment). (Dahlan, 2008)
Keempat fungsi menurut Harold D. Laswell dan Charles Wright ini mulai terkikis sehubungan dengan kemajuan teknologi yang sedang terjadi. Kini batasan akan komunikasi massa dan komunikasi antar pribadi menjadi agak semu. Karena dengan semakin berkembangnya teknologi khususnya di Indonesia, mengikuti itu akan muncul juga cara-cara berkomunikasi yang baru, dalam hal ini misalkan melalui sosial media. Mungkin kini fungsi telepon genggam dari yang awalnya hanya berfungsi untuk mengirimkan pesan atau menelepon seseorang telah berkembang jauh menjadi ‘laptop’ yang dapat dengan mudah dibawa kemana saja. Contoh yang berhubungan dengan perkembangan tersebut adalah kini seseorang bias saja tidak mengetahui nomor telepon seseorang padahal orang tersebut merupakan sahabat karibnya. Orang tersebut lebih memilih menyimpan pin bb dibandingkan dengan menyimpan nomor telepon orang itu.
Melihat fenomena yang sedang terjadi khususnya di Indonesia ini, sangat dikhawatirkan perkembangan teknologi itu membawa dampak buruk terhadap kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Sehubungan dengan perkembangan ini, dibutuhkan juga peningkatan akan kesadaran masyarakat mengenai lingkungan sekitarnya. Perubahan karena perkembangan teknologi yang terjadi cukup cepat ini, secara tidak sadar maupun sadar telah merubah beberapa pola hidup masyarakat khususnya Indonesia. Contohnya kini banyak sekali anak-anak yang mengalami ketergantungan akan gadget mereka maupun orang tuanya.
Di Indonesia kini, peranan media massa, teknologi, serta sosial media memegang kendali yang cukup tinggi. Hal tersebut dapat dengan mudah dan relatif cepat untuk mempengaruhi opini publik. Contoh, di dalam dunia Twitter dikenal istilah buzzer. Buzzer disini bertindak semacam opinion leader yang bila orang itu men-tweet sesuatu, maka akan banyak yang berfikir seperti buzzer tersebut berfikir. Kemajuan teknologi memang membawa dampak positif yang banyak namun begitu juga dampak negatifnya. Dalam kasus buzzer ini misalnya, bila informasi yang disebarkan merupakan ilmu penting dan berguna maka itu menjadi hal yang sangat positif, namun bila informasi tersebut merupakan rekayasa atau fitnah terhadap seseorang atau sesuatu maka hal itu akan merugikan pihak terkait.
Kesimpulan yang perlu kita perhatikan adalah semua orang khususnya masyarakat Indonesia harus benar-benar cerdas utnuk memilah mana sisi positif dan negatifnya agar perkembangan teknologi yang terjadi serta bagaimana komunikasi itu selayaknya dilakukan, dijalankan dengan benar dan seimbang.



DAFTAR BACAAN