Selasa, 28 April 2020

BERBISNIS DENGAN TANAMAN ANGGREK

Tak bisa dipungkiri kalau sebenarnya komoditas produksi bunga Tanah Air berlimpah ruah. Berdiri di hamparan tanah yang subur, jadi bukti Ibu Pertiwi ini memiliki keragaman hayati. Anggrek jadi contoh kecil dari berjuta-juta kekayaan floranya. Beribu-ribu spesies anggrek yang ada di Indonesia sudah lebih dari cukup untuk dijadikan modal negeri ini sebagai produsen anggrek dunia.

Dari data on-line Dirjen Hortikultura Indonesia tahun 2006-2007, permintaan bunga hias di pasar dunia cenderung meningkat setiap tahun. Meski saat ini negara produsen sekaligus pengekspor bunga hias masih didominasi oleh Belanda yang terkenal dengan bunga tulipnya, pengembangan agribisnis tanaman bunga hias sudah tersebar ke berbagai negara di belahan dunia, seperti Thailand, Singapura, India, dan Indonesia.

Seperti halnya negara-negara produsen bunga lainnya, Indonesia juga berpeluang besar dalam mengembangkan agribisnis sub sektor tanaman hias, baik untuk memenuhi permintaan dalam maupun luar negeri. Itu ditunjang dengan adanya kenyataan bahwa penggunaan bunga potong untuk berbagai keperluan dalam negeri masih mendominasi.

Bahkan di masa mendatang, diramalkan pertumbuhan tingkat permintaan bunga potong di Indonesia bakal meningkat 10% setiap tahun.


Daya serap dan permintaan bunga potong paling potensial adalah masyarakat di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Malang, Denpasar, dan dan Medan. Namun disayangkan, tingginya permintaan bunga tak dibarengi dengan jumlah penangkar anggrek saat ini. Jika diprosentase, Indonesia hanya memiliki sekitar 30% penangkar dari jumlah total spesies anggrek yang tersedia.

Memang ironis, jika Indonesia harus jadi produsen anggrek dunia untuk saat ini. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk bersama mewujudkan cita-cita inilah yang jadi kendala dan dilema tersendiri. Namun tahukah Anda, kalau anggrek bisa jadi aset budidaya yang mendatangkan potensi? Percaya atau tidak, di balik keelokan bunga yang bisa dijumpai sepanjang musim ini, anggrek menyimpan peluang usaha menjanjikan. Ingin tahu perhitungan dengan menjadikan anggrek sebagai lahan bisnis dan sekaligus melestarikan spesiesnya?

Pra Produksi
Sebelum melangkah lebih jauh untuk menjadikan anggrek sebagai peluang usaha, hal yang berkaitan dengan kualitas produk sebaiknya perlu diperhatikan. Untuk membuat tampilan anggrek tampil prima dalam skala massal saat dijual sudah kita bahas di Tabloid Gallery edisi sebelumnya (edisi 18, red).

Intinya agar nilai jualnya tinggi, kualitas barang pun perlu diperhitungkan, baik itu dengan tujuan dijual dalam fase bibit ataupun tanaman sudah berbunga,” kata Penangkar dan Pebisnis Anggrek di Malang Jawa Timur (Jatim), Kabul.

Di dalam pengembangan komoditi tanaman anggrek, terdapat kendala-kendala yang menghambat keberhasilan secara umum, yaitu:

1. Untuk mendapatkan produk yang berkualitas harus terpenuhi teknologinya, yaitu mulai dari teknik budidaya, seperti penggunaan benih yang sehat, penanaman, pemeliharaan, penanganan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) sampai pasca panen.

2. Keterbatasan informasi pasar dan belum adanya kepastian harga (harga selalu berfluktuasi) terkadang menghambat perkembangan produksi dan luas areal.

3. Kurangnya modal yang tersedia serta perlu adanya pembinaan untuk lebih meningkatkan produksi sesuai dengan standar kualitas yang diinginkan pasar.

Dimana untuk perawatan dan budidaya anggrek juga telah dibahas di Tabloid Gallery edisi 18 lalu. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk menjamin suplai komoditi tanaman anggrek, maka perlu dikembangkan sistem budidaya yang sehat sesuai agro ekosistem, seperti menanam dan merawat anggrek sebagai keperluan komersial, maka perlu mempertimbangkan segmentasi pasarnya.

Misalnya, untuk tujuan dalam skala kecil, menengah atau besar. Selain persiapan infra-struktur yang lengkap, seperti bibit, lahan bangunan, serta sarana dan prasarana penunjang lainnya – diperlukan juga orientasi yang jelas pada jenis produk yang akan diproduksi. Beberapa produk yang dihasilkan dari budidaya anggrek skala komersial antara lain bibit, anggrek dalam pot, dan anggrek untuk keperluan bunga potong.

“Untuk kebutuhan komersial alangkah baiknya dipilih jenis anggrek yang laku dan memiliki nilai tinggi di pasaran, seperti dendrobium, cattleya atau phalaenopsis,” ujar Kabul. [santi]

Analisis Budidaya Anggrek Massal
Setelah kita memahami karakter setiap anggrek yang hendak kita budidaya, barulah mulai memikirkan langkah perhitungan-perhitungan. Berikut perkiraan analisis budidaya bunga anggrek ala Kabul dari Malang (disini, kita menggunakan jenis dendrobium), yaitu:

Pengeluaran Panen Pertama
1. Sewa Lahan (luas 1,25 m x 12 m)/tahun Rp 2.000.000
2. Biaya Produksi
a. Bibit
 Bibit 8 botol @ x Rp 40.000 Rp 320.000
 Akar Pakis 5 ikat (42 lempeng/ikat) Rp 75.000

b. Perlengkapan
 Arang 80 kg @ Rp 1.250 Rp 100.000
 Pot ukuran 15 cm 400 bh x @ Rp 750 Rp 4.500.000
 Gandasil 2 pack @ x Rp 7.500 Rp 15.000
 Kerangka 1 unit bambu Rp 150.000

c. Pupuk
 Furadan Rp 20.000
 Azodrin 1 botol Rp 12.500
 Pupuk Urea 5 kg x @ Rp 2.000 Rp 10.000
 NPK 2,5 Kg x @ Rp 2.000 Rp 5.000 (+)

Total Biaya Produksi Rp 7.207.500

Pendapatan Panen Pertama
Untuk satu pohon atau pot bisa menghasilkan bunga sebanyak 2-3 tangkai bunga, dimana anggrek dalam pot mulai berbunga pada umur 3-5 bulan dan jadi bunga potong pada umur 6-7 bulan dengan masa panen optimal 4 kali setiap tahunnya. Pada panen ke 2-4 di atas umur 8 bulan, dalam satu tangkai bunga terdapat 10-15 kuntum bunga. Harga 1 kuntum bunga mencapai Rp 750 sampai Rp 1000.

 3 tangkai x 10 kuntum x 400 pot x Rp 750 Rp 9.000.000

Keuntungan Panen Pertama

Total Pendapatan Rp 9.000.000
Total Biaya Produksi Rp 7.207.500 (-)
Total Keuntungan Rp 1.792.500

Nah, perhitungan tersebut berlaku apabila menjualnya dalam bentuk kuntum bunganya saja. Itu berbeda jika alternatif penjualannya juga dilakukan ketika tanaman masih berada pada fase bibit. Terlebih, jika tampilan anggrek dijual dalam kondisi lengkap dengan batang dan pot bunganya. Tentu itu akan berdampak pada keuntungan yang berlipat. Hal ini dikarenakan harga satu pohon anggrek (dewasa berbunga) mulai dari Rp 50 ribu. Alternatif yang menguntungkan, bukan?